Misteri Petir : Lidah Api Betara Kala

Misteri Petir : Lidah Api Betara Kala – Mengapa harus ada petir? Jika ada yang mengatakan bahwa petir itu adalah lidah api sang Betara Kala karena dampaknya merusak dan merugikan manusia maka apakah petir itu juga merupakan salah satu perwujudan dari murka Tuhan?  Hal itu masih menjadi misteri kehidupan yang belum terungkap.


Jika ada peribahasa mengatakan “Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan” maka pada kenyataan hidup sehari-hari, petir atau halilintar atau ‘gledhek’ tidak pernah diharapkan oleh manusia. Mengapa? Karena petir adalah hantu atau momok yang ditakuti manusia.

Menurut Wikipedia, Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.

Bagi orang Jawa yang masih menganut agama Hindu, mempunyai kepercayaan jika petir adalah symbol perwujudan dari lidah api sang Betara Kala yaitu Dewa yang menyebarkan kerusakan di muka bumi. Oleh Betara Guru, raja para dewa, Betara Kala diperkenankan untuk memilih mangsa yang sudah ditetapkan, diantaranya adalah anak ‘ontang-anting’ atau anak tunggal, ‘pandawa lima’ anak laki-laki yang bersaudara lima dan lain-lain.

Baca Juga :
1. Kisah Sudamala atau Durga Ruwat 
2. Misteri Ruwatan Dalam Tradisi Jawa
3. Misteri Lawan Bledheg dan Ki Ageng Selo

Menurut Agama Islam, Petir adalah :

Ada tiga istilah untuk kilatan petir dan geledek yaitu ar ro’du, ash showa’iq dan al barq. Ar ro’du adalah istilah untuk suara petir atau geledek. Sedangkan ash showa’iq dan al barq adalah istilah untuk kilatan petir, yaitu cahaya yang muncul beberapa saat sebelum adanya suara petir.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, ”Dalam hadits marfu’ (sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen) pada riwayat At Tirmidzi dan selainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ar ro’du, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مخاريق مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ

Ar ro’du adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.”

Ketika menafsirkan surat al Baqarah ayat 19, As Suyuthi mengatakan bahwa ar ra’du adalah malaikat yang ditugasi mengatur awan. Ada juga yang berpendapat bahwa ar ro’du adalah suara malaikat. Sedangkan al barq (kilatan petir) adalah kilatan cahaya dari cambuk malaikat untuk menggiring mendung.

Proses Terjadinya Petir

Menurut Wikipedia, Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kondensator raksasa, di mana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral).

Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), di mana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.

Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya.

Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara.

Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.

Korban Jiwa Akibat Petir

Petir memang menakutkan dan menyeramkan karena kedatangannya yang tiba-tiba dan tidak kita sangka sebelumnya. Yang lebih menakutkan adalah dampak yang ditimbulkannya, kerusakan dan kematian. Bahkan, gelegar suara yang mengikuti tak kalah menciutkan nyali.

Menurut survey yang dilakukan di Amerika, dalam setahun rata-rata terjadi dua serangan petir terhadap pesawat terbang. Di Amerika sendiri petir meminta korban hingga 200 orang per tahun. Ribuan orang cedera akibat kecelakaan karena telepon. Meskipun serangan listrik akibat petir tidak sampai merusak kabel telepon, tapi pemakainya bisa celaka.

Di Indonesia, hampir setiap tahun terjadi musibah yang memakan korban jiwa akibat sambaran petir. Berikut ini adalah berita terakhir yang dikutip dari sindonews.com tentang korban-korban jiwa akibat sambaran petir.
  • Warga Pangkep Tewas Disambar Petir saat Memancing, Jum’at, 23 Oktober 2016. Seorang warga Pangkep, Sulawesi Selatan, tewas disambar petir saat memancing di tambaknya.
  • Wanita Hamil dan Tiga Rekannya Tewas Disambar Petir saat Memasak, Rabu, 24 Agustus 2016. Empat warga Perumahan Karyawan Teluk Binjai, Kualuh Hilir, Labuhan Batu Utara tewas disambar petir saat memasak di dalam rumah, satu diantaranya sedang hamil enam bulan.
  • Tersambar Petir, Tiga Petani Tewas, Kamis, 18 Februari 2016. Enam orang petani di Desa Wanadri, Banjarnegara, Jawa Tengah, tersambar petir saat berteduh di sebuah gubuk setelah memanen cabai. Tiga orang tewas seketika.
  • Kakek dan Cucu Tewas Tersambar Petir di Sawah, Jum'at, 05 Februari 2016. Kakek Tedol (50), bersama cucunya Ariksan (10), warga Kampung Kotasari Desa Kalensari Kecamatan Compreng, Subang, tewas tersamber petir saat berteduh di gubuk areal pesawahan.
  • Nyalakan TV Saat Hujan, Keluarga di Blitar Tersambar Halilintar, Jum'at, 13 November 2015. Lagi asyik menonton televisi, halilintar tiba-tiba menyambar Masnuri (46) warga Desa Wonorejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Sambaran halilintar juga mengenai dua orang anaknya Putri Lutifa (7) dan Ayu Komariyah (9).
  • Berteduh di Gubuk, Petani Disambar Petir, Rabu, 22 April 2015. Sedang beristrahat di dalam gubuk persawahan, Hotdiman Sihombing (53), warga Jalan Perjuangan, Desa Huta Rakyat Sidikalang, tewas disambar petir.
  • Mahasiswi Cantik Tersambar Petir, Jum'at, 27 Maret 2015. Mahasiswi cantik itu membantu ayahnya memetik kacang di sawah. Saat berteduh dari hujan, tiba-tiba petir menyambar.
  • Asik Telponan di Tengah Laut, Nelayan Disambar Petir, Kamis, 12 Februari 2015. Seorang nelayan tewas usai disambar petir ketika perjalanan pulang dari mencari ikan, di sekitar perairan Kapedi, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Korban tewas dengan luka bakar disekujur tubuh.
  • Enam Pendaki di Gunung Guntur Tersambar Petir, Selasa, 27 Januari 2015. Enam orang pendaki yang sedang berkemah di Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tersambar petir pada Senin malam, 26 Januari 2015.
  • Petugas Dishub tewas disambar petir, Minggu, 11 Mei 2014. Amirullah (28) petugas Dinas Perhubungan Kabupaten Maros tewas disambar petir saat bertugas mengatur lalulintas di depan kantor Bupati Maros, Minggu sore (11/5/2014), sekitar pukul 15.30 Wita.
Demikian berita-berita tentang korban jiwa akibat disambar petir. Apakah kejadian ini merupakan kebetulan semata? Tentunya tidak.

Manusia yang Beberapa Kali Kena Sambaran Petir

Jika bangunan-bangunan tinggi sering disambar petir bukanlah hal yang aneh. Namun jika seseorang terus-terusan disambar petir, apa yang sebenarnya terjadi?

Berikut ini adalah orang-orang yang beberapa kali atau sering kena sambaran petir.

Jack McPherson disambar petir tanggal 13 Februari 1983 ketika memberi makan anak sapi. 20 tahun kemudian ia disambar petir tepat dilokasi yang sama.

Roy Cleveland Sullivan, pria naas dari Virginia ini mengalami tujuh kali sambaran petir dalam kurun waktu 36 tahun. Tahun 1942 kuku jarinya terkelupas. Tahun 1969 alisnya hangus, tahun 1970 bahunya disambar petir. Tahun 1972 rambutnya terbakar. Tahun 1973 topinya terbakar dan tubuhnya terpelanting sampai 3 meter. Karena seringkali selamat dari hajaran petir, Sullivan jadi peka terhadap unsur alam, ia mengklaim dapat melihat petir yang bakal terjadi. Disisi lain ia jadi gampang depresi. Sullivan mengakhiri hidupnya sendiri pada usia 71 tahun.

Rolla Primardo dari Italia,  mati disambar petir di kebunnya. Ditempat tersebut ayahnya mengalami nasib yang sama 20 tahun sebelumnya, kakek Rolla juga tewas dihajar petir 30 tahun sebelum kematian ayahnya.

Mayor R. Summerford, warga Kanada yang malang ini disambar petir tahun 1918 hingga lumpuh sementara dari pinggang ke bawah. Tahun 1924, ia disambar petir lagi ketika sedang memancing, akibatnya ia lumpuh sementara. Hajaran terakhir ketika ia sedang berjalan-jalan di taman, kali ini ia lumpuh permanen. Kemudian yang paling mengejutkan, dua tahun setelah ia meninggal, batu nisannya disambar petir!!

Apakah petir memang memilih atau menyukai orang jenis-jenis tertentu yang akan menjadi korban sambarannya? Entahlah, yang pasti kita harus lebih hati-hati jika saat terjadi hujan, saat petir keluar dari sarangnya.

Begitu seram dan menakutkan  sosok petir ini bagi manusia maka jika ada seseorang yang bisa menangkap petir seperti yang dilakukan oleh Ki Ageng Selo pada jaman dahulu maka orang itu adalah orang yang luar biasa.

Baca juga : 3x Tersambar Petir

Tidak ada komentar