Kisah Siluman Babi Hutan

Siluman Babi Hutan – Ternyata kisah tentang kepemimpinan tidak hanya ada di dalam dunia manusia saja, hewan juga memiliki pemimpin yang disebut raja atau ratu. Babi hutan juga memiliki pemimpin seorang ratu yang mampu menjelma menjadi sosok wanita yang cantik jelita. Dengan kecantikannya, Sang ratu akan berjuang dengan memperdaya, menggoda, merayu dan membuat petani pemilik ladang lalai akan tugasnya sehingga rakyatnya dapat memperoleh makanan.

Kisah Siluman Babi Hutan

Kisah Siluman Babi Hutan ini adalah kisah yang menjadi legenda di kalangan petani di daerah Babulu, Penajam, Kalimantan Timur. Babulu adalah daerah sentra pertanian kabupaten Penajam yang mayoritas penduduknya berasal dari mereka yang mengikuti program transmigrasi.

Baca Juga :


Mari kita simak kisah Siluman Babi Hutan ini dalam bentuk cerita pendek berikut ini.

Malam semakin kelam, namun langit bersih dan bintang-bintang bertaburan di angkasa, membagi sinarnya, membuat pijar-pijar di langit. Sementara sang rembulan berwarna jingga bertahta dengan anggun di singgasananya, seolah tersenyum dengan cahayanya yang lembut menyinari, menebarkan kedamaian.

Dibawah, tampak deretan ladang-ladang jagung berjejer rapi dipisahkan oleh petak-petak yang membatasi. Daun-daun jagung melambai-lambai tertiup angin menimbulkan irama yang merdu, bunganya yang bermekaran bertebaran, buahnya yang ranum seolah memanggil pemiliknya untuk segera memetiknya.

Malam beranjak semakin tua, dibawah cahaya rembulan, Tejo sedang berjalan mengelilingi ladang jagungnya. Berbekal sebuah lampu senter dan sebilah parang yang terselip di pinggangnya, Tejo melangkah dari satu petak ke petak lainnya. Kadang langkahnya terhenti ketika melihat ada satu keganjilan, memeriksa dengan cermat batang-batang dan buah jagungnya, lalu kembali melangkah ke petak berikutnya. Tejo berhenti setelah memeriksa semua jagung di petak-petak ladangnya.

Malam ini adalah malam terakhir bagi Tejo dalam menjaga dan mengawasi ladangnya. Tanaman jagung di ladangnya sudah mulai tua, segar dan padat berisi. Rencananya besok mau di panen.

Bagi Tejo, babi hutan adalah hewan yang harus di waspadai dan menjadi ancaman bagi ladangnya, biasanya datang secara berkelompok dan apabila ladang itu tidak dijaga maka keesokan harinya seisi ladang pasti akan ludes, habis tak bersisa.

Malam hari adalah waktu yang tepat bagi para babi hutan mencari makan, mereka akan menyisir dari satu ladang ke ladang lainnya sampai ditemukan ladang yang tidak terjaga atau penjaganya lalai.

Tejo terus mengelilingi ladangnya dengan penuh kesabaran, petak demi petak ia periksa dengan teliti. Menjelang tengah malam, Tejo istirahat di gubuk di tengah ladangnya, membuka bekalnya, satu termos kopi dan beberapa potong ubi rebus.

Dibukanya tutup termos lalu dituangnya ke dalam tutup itu, aroma kopi menebar ke udara membangkitkan semangat dan mengurangi rasa kantuk. Diteguknya kopi yang masih panas, lalu mengunyah sepotong ubi rebus. Alangkah nikmat rasanya. Sambil menyalakan sebatang rokok, pandangan mata dan telinganya tetap waspada mengawasi ladangnya. Hembusan asap rokoknya membangun harapannya, harga jagung sedang bagus sehingga bayangan keuntungan menari-nari dalam angan-angannya. Namun jerih payahnya, hasil kerja kerasnya selama berbulan-bulan akan musnah di makan babi hutan jika ia lengah.

Kisah Siluman Babi Hutan


Angin malam berhembus lembut semilir menyejukkan, membelai jiwa dan merayu raga agar pergi ke alam mimpi. Lelah berkeliling ladang, Tejo terlena, ia menguap lalu merebahkan badannya ke bale bambu. Sebentar kemudian Tejo sudah tertidur pulas.

Dalam tidurnya ia bermimpi. Seorang wanita sangat cantik berpakaian tipis sehingga terlihat lekuk tubuhnya yang indah, mendatanginya. Menawarkan kenikmatan. Tejo menolak dengan halus, keyakinan tentang norma-norma dan agama yang tertanam dalam dirinya begitu kuat sehingga ia mampu menolak ajakan itu. Wanita itu tidak menyerah, lalu dibukanya satu per satu pakaian yang menempel ditubuhnya, dengan tubuh telanjang bulat ia menari dan berusaha mencumbu rayu Tejo.

Tejo tidak terpengaruh bahkan merasa risih, tindakan seperti itu baginya tabu dilakukan oleh seorang wanita baik-baik. Sehingga  ia  menghindar, namun semakin menghindar wanita itu semakin mengejarnya, sampai Tejo hilang kesabarannya lalu mengusir dan menghardik wanita itu.

"Pergi kamu! Kamu ini bukan istriku!"

"Apakah istrimu secantik aku? Semulus tubuhku? Saya hanya menawarkan hubungan sesaat saja, tidak lebih." Kata wanita itu sambil berjalan melenggang-lenggokkan tubuhnya, memancing gairah Tejo.

Tejo menelan ludahnya, tidak ia pungkiri kecantikan dan kemolekan tubuh wanita itu jauh melebihi istrinya. Badannya putih mulus dan seperti bersinar ketika cahaya bulan menyinarinya, sehingga tampak jelas setiap lekukan di tubuhya. Suatu pemandangan yang indah dan menggairahkan. Sesaat Tejo terpana, kepalanya terasa pusing dan nafasnya terengah-engah menahan gairah. Namun kesadarannya belum goyah, dengan perlahan godaan itu segera ditepiskannya.

"Memang benar, kamu lebih cantik dan lebih molek daripada istriku, tapi kamu ini bukan istriku."

"Kalau saya mau jadi istrimu, bagaimana?"

Tejo bingung dengan pertanyaan itu.

"Tidak, tidak, punya istri satu saja sudah repot apalagi dua." Jawab Tejo tegas.

"Tidak apa-apa mas, saya rela dimadu, tidak perlu memikirkan nafkah untukku, akan saya cari sendiri." Rayu wanita itu sambil menempelkan tubuhnya ke punggung Tejo. Mengalir kehangatan yang merangsang gairah dan membuai pikiran sehat Tejo.

"Wah, enak juga punya istri seperti ini, tidak perlu repot-repot mencari nafkah. Tapi di jaman sekarang mana ada wanita seperti itu. Kalau ada, maka suaminya yang akan diperbudak. Nggak mau aku."

Tejo bimbang, ketika kebimbangannya memuncak, tiba-tiba terngiang-ngiang di telinganya nasehat mendiang ayahnya, "nak, wanita itu semakin cantik akan semakin berbahaya, maka kamu harus lebih hati-hati menghadapinya. Apakah niatnya tulus atau hanya ingin memperdayai kamu."

Teringat nasehat itu, Tejo menetapkan hatinya untuk menolak tawaran wanita itu.

"Tidak, pergilah, saya tidak tertarik dengan tawaranmu. Cari saja laki-laki lain!" Kata Tejo tegas.

Mendengat jawaban Tejo, wanita itu menghentikan rayuannya, sudah habis tipu-dayanya. Habis pula kesabarannya sehingga ia menjadi marah. Selama ini jarang ada lelaki yang mampu menolak tawarannya. Tetapi lelaki yang satu ini membuatnya merasa malu dan tidak berharga. Matanya menyala merah, dalam sekejap kepalanya berubah menjadi kepala seekor babi hutan dengan taring tajam. Matanya melotot tajam, mulutnya meringis dan  suaranya mendesis seolah-olah mau menerkam. Tejo bergidik dan menunggu dengan rasa was-was. Tapi mahluk itu hanya mendengus kemudian menghilang.

"Dasar lelaki bodoh." Umpatnya.

Tejo terbangun, setelah minum beberapa teguk kopi yang sudah mulai dingin, ia mengumpulkan segenap kesadarannya. Kemudian ia bergegas bangun dari tempat tidurnya lalu berkeliling lagi memeriksa ladang jagungnya. Aman, tidak ada satu petak pun yang rusak, ia menarik nafas lega. Dan sampai fajar menyingsing ia tetap terjaga.

Keesokan harinya, dibantu oleh tetangga dan sanak saudara, Tejo  memanen ladang jagungnya. Suasana di ladang itu sungguh ceria, penuh dengan canda dan tawa. Tejo merasa sangat gembira dan bersyukur melihat jerih payahnya selama ini berbuah manis.

Saat Tejo dan kerabatnya sedang memanen hasil ladangnya, tiba-tiba datang Pardi pemilik ladang jagung di sebelahnya. Pardi terlihat loyo dan wajahnya muram.

"Jagungku ludes Kang, dimakan babi hutan. Habis sama sekali." Kata Pardi terbata-bata.

"Kok bisa Di? Bagaimana ceritanya?" Tanya Tejo.

"Semalaman saya menjaga ladang, tapi pada waktu tengah malam, saya tertidur dan bermimpi bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik dan bahenol." Jawab Pardi sambil tersenyum malu.

"Terus mau apa wanita itu?" Tanya Tejo.

“Wanita itu merayu dan menggoda dengan kecantikan serta kemolekan tubuhnya, mengajakku bercinta. Seperti kucing dikasih ikan, saya tak kuasa menolaknya. Bagaimana saya mau menolak, seumur hidupku belum pernah saya menemukan wanita secantik dan semulus itu.” Kata Pardi.

“Belum pernah saya merasakan yang seperti itu, sangat berbeda Kang! Habis melakukan itu saya jadi sangat kelelahan, tenagaku seperti terkuras habis sehingga tertidur pulas sekali. Begitu bangun, saya melihat ladang jagungku. Batang-batang jagung rebah berserakan, jagungnya habis tidak ada sisanya. Ludes. Yang tersisa hanya jejak-jejak babi hutan." Lanjut Pardi.

“Jerih payahku selama tiga bulan lenyap dalam satu malam saja. Bagaimana ini Kang?” Keluh Pardi sedih.

Tejo hanya tertunduk diam mendengar cerita Pardi, hal yang sama dengan yang di alaminya semalam. Untungnya dia masih mampu menolak, jika tidak maka nasibnya tidak berbeda dengan Pardi.

"Ya mau bagaimana lagi Di, lain kali jadi orang jangan mudah dirayu, kerbau di kasih bedak saja kamu sikat juga." Kata Tejo bercanda, Pardi tersenyum kecut.

Dalam hati Tejo sangat bersyukur, Tuhan melindunginya dari godaan mahluk itu. Namun dia mengagumi wanita itu yang ternyata adalah seorang ratu babi hutan, pemimpin babi hutan. Berkat jerih payah mengorbankan kehormatan dan harga dirinya maka rakyatnya dapat bertahan hidup.

Demikian sepenggal kisah tentang misteri Siluman Babi Hutan yang menjadi pemimpin para babi hutan. Kisah ini berkembang dari mulut para petani yang menjadi korban siluman babi hutan. Menurut mereka mimpi yang dialami oleh para korban dan sosok wanita yang menjadi wanita penggoda adalah sosok yang sama.

Wasalam.

Artikel Lainnya :

Tidak ada komentar