Kisah Sangkuriang dan Asal-usul Gunung Tangkuban Perahu

Kisah Sangkuriang dan Asal-usul Gunung Tangkuban Perahu - Kisah Sangkuriang adalah kisah legenda dari tanah Sunda yang cukup popular. Hampir semua anak maupun orang dewasa pernah mendengar kisah ini baik dari buku cerita, dongeng orangtuanya maupun menonton langsung dari tayangan televisi.

Namun apa sebenarnya pesan moral yang terkandung dalam kisah ini?

Setelah mendengarkan kisah ini, ada beberapa pertanyaan yang mungkin akan terlontar dari fikiran kita yaitu :
1.    Mungkinkah seorang anak akan mencintai dan menikahi ibu kandungnya sendiri?
2.    Mungkinkah seorang anak akan membunuh ayah kandungnya sendiri?

Jawaban dari pertanyaan itu adalah karena Sangkuriang tidak tahu jika gadis yang ditemui kemudian dicintai dan akan dinikahi adalah Dayang Sumbi, ibu kandungnya sendiri. Kedua, Sangkuriang tidak tahu jika Tumang, anjingnya, adalah jelmaan ayah kandungnya sendiri.

Sehingga Sangkuriang dalam kisah ini merasa menjadi korban penghianatan cinta Dayang Sumbi seperti yang dialami oleh Bandung Bandawasa dan Roro JonggrangBegal Sakti dan Rara Anteng serta Mahesa Sura dan Dewi Kilisuci.

Namun yang terjadi pada Sangkuriang adalah sebuah misteri dibalik ketidaktahuan.

Untuk mengingatkan kembali kisah yang terjadi pada ratusan tahun yang silam, mari kita ikuri kisah berikut ini.

Kisah Sangkuriang

Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang.

Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran.

Sangkuriang lalu memerintahkan Tumang untuk mengejar buruannya tadi, akan tetapi entah kenapa, Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel Sangkuriang mengancam akan memanah Tumang. Niatnya hanya menakut-nakuti saja tapi secara tidak sengaja, panah itu terlepas dan membunuh Tumang.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya centong nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya. 

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total.

Rasa kecewa berganti dengan rasa senang ketika di tengah jalan Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat.

Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hutan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka.

Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang.

Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut.

Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Kisah Sangkuriang dan Asal-usul Gunung Tangkuban Perahu

Demikian sekelumit kisah tentang Sangkuriang dan asal-usul kejadian gunung Tangkuban Perahu.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar