Wanita Bahu Laweyan : Pembawa Sial

Wanita Bahu Laweyan – Dalam salah satu episode film “Jodoh Wasiat Bapak” yang ditayangkan di stasiun TV ANTV terdapat satu judul yang menarik perhatian saya yaitu “Wanita Bahu Laweyan”. Satu judul yang asing di telinga saya atau bahkan mungkin anda juga baru mendengarnya seperti saya. Sehingga muncul berbagai pertanyaan dalam benak saya tentang wanita yang konon dipercaya sebagai wanita pembawa sial tersebut.


Wanita Bahu Laweyan : Pembawa Sial

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang mengganjal dalam benak saya.
1.    Wanita Bahu Laweyan itu apa?
2.    Bagaimana ciri atau tanda wanita bahu laweyan?
3.    Bagaimana mitos wanita bahu laweyan?
4.    Bagaimana legenda Wanita Bahu Laweyan?

Karena rasa penasaran yang begitu mendalam tentang sosok perempuan bahu laweyan ini, saya mencari informasi dari berbagai sumber salah satunya dari mbah Google dan orang-orang tua yang memahami hal ini.

Kali ini, saya mencoba berbagi dengan cara menyajikan informasi seputar wanita yang memiliki tanda di bahunya ini kepada anda sehingga dapat menjawab rasa penasaran dan agar dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita.

1.    Pengertian Wanita Bahu Laweyan

Dalam budaya Jawa yang tersimpan dalam primbon terdapat bab yang mebahas tentang ciri atau tanda wanita berdasarkan bentuk tubuhnya yang disebut “Katuranggan”. Dan, perempuan bahu laweyan adalah salah satu jenis katuranggan wanita yang sangat ditekankan untuk dihindari karena dipercaya bahwa laki-laki yang menikahinya akan meninggal dengan cara yang mengenaskan.

2.    Ciri-ciri wanita Bahu Laweyan




Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, yang disebut Wanita bahu Laweyan adalah wanita yang memiliki ciri-ciri khusus berupa :
  • Toh atau tompel atau tahi lalat besar yang ada di bahu kirinya.
  • Toh yang berada tepat diatas kemaluannya.
  • Memiliki lubang serupa lesung pipit yang terletak tepat di punggungnya.
  • Memiliki bahu melengkung seperti busur panah
  • Biasanya memiliki paras yang cantik
Itulah, ciri-ciri fisik bagi wanita yang disebut bahu laweyan sedangkan ciri kejiwaannya adalah wanita bahu laweyan cenderung pendiam, penyendiri dan memiliki sifat negative karena pengaruh aura negative dalam dirinya.

3.    Mitos Wanita Bahu Laweyan

Mitos yang berkembang dalam masyarakat Jawa mengatakan jika perempuan bahu laweyan memiliki kehidupan yang kurang normal. Hal ini disebabkan karena perempuan tersebut dipengaruhi oleh aura mahluk halus yang sangat jahat. Ia mempunyai berbagai macam keganjilan-keganjilan yang tidak dijumpai oleh wanita normal lainnya. Suasana mistis selalu mengiringi sepanjang hidupnya, seperti tatapan matanya yang kosong, pendiam, dan penyendiri.

Wanita Bahu Laweyan : Pembawa Sial

Mitosnya, perempuan malang ini, kebal terhadap serangan berbagai ilmu hitam seperti santet, teluh dan lainnya. Namun wanita bahu laweyan dipercaya selalu membawa sial dan siapa saja yang menjadi suaminya akan meninggal dengan cara yang mengenaskan.

Akan tetapi kutukan ini tidak berlangsung seumur hidup, setelah menikah sebanyak 7 kali maka kutukan itu akan hilang dengan sendirinya dan suaminya yang ke delapan tidak akan megalami nasib sial seperti sebelumnya.

4.    Legenda Wanita Bahu Laweyan

Legenda tentang perempuan bahu laweyan ini dimulai pada abad IX, seperti digambarkan dalam Serat Witaradya karya R. Ng. Ronggowarsito. Dalam serat ini dikatakan jika perempuan bahu laweyan memang ada tapi jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari. Keberadaan wanita bahu laweyan mulai diperhitungkan sejak tahun 921 M, saat kejayaan Keraton Pengging Witaradya.

R. Ng. Ronggowarsito

Kisah dimulai saat kerajaan Pengging mengadakan jumenengan (ulang tahun penobatan raja). Seperti raja pada jaman dahulu, Raja Pengging selain sakti mandraguna juga memiliki banyak teman baik dari golongan manusia maupun jin. Salah satu sahabat Raja dari golongan Jin adalah Gandarwa Kurawa, seorang gandarwa.

Pada saat acara Jumenengan tersebut, semua teman sang Raja diundang semua termasuk Gandarwa Kurawa. Dan, semua putera-puteri Raja turut menyambut dan melayani tamu, salah satunya adalah Dewi Citrasari yang cantik jelita.


Melihat kecantikan sang putri, Gandarwa Kurawa tertarik dan jatuh hati kepada Dewi Citrasari. Namun karena berbeda dunia dan rasa segan terhadap Raja Pengging, sahabatnya, maka Gandarwa Kurawa memendam cintanya.

Akan tetapi dorongan cinta dalam hatinya begitu kuat sehingga membuat Gandarwa Kurawa melakukan berbagai upaya untuk mendekati sang puteri. Akhirnya, dengan kesaktiannya, Gandarwa Kurawa berhasil melakukan hubungan suami-istri dengan dewi citrasari sehingga berbuah keturunan campuran antara manusia dan jin.

Dewi Citrasari mengandung lalu melahirkan seorang bayi perempuan dengan membawa tanda lahir khusus yaitu toh atau tompel atau tahi lalat besar di bahu sebelah kirinya. Masyarakat menyebutnya “bahu laweyan”.
 

Kesimpulan

Demikian pembahasan spot-misteri tentang Wanita Bahu Laweyan, sosok wanita yang sangat dihindari untuk dijadikan pasangan hidup karena dipercaya membawa sial dan menyebabkan kematian bagi pasangannya.

Pesan moral dalam tulisan ini adalah :

1.    Berhati-hati dalam memilih Istri
Dalam budaya masyarakat Jawa, ada istilah ‘bibit’, ‘bebet’ dan ‘bobot’ yang diterapkan dalam memilih pasangan hidup. Hal ini mungkin disebabkan adanya kejadian, kisah atau legenda tentang pernikahan yang gagal di tengah jalan. Pada awalnya cinta mereka membara namun seiring dengan perjalanan dan kesulitan hidup maka cinta mereka luntur sehingga kandas ditengah jalan.

Dan kisah tentang wanita bahu laweyan mungkin diciptakan oleh orangtua kita dahulu agar kita sebagai generasi penerus lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. Kalau bisa, satu untuk seumur hidup kita.

2.    Membaca Doa dalam setiap tindakan kita.
Melihat dari legendanya, perempuan bahu laweyan adalah wanita hasil perkawinan berbeda dunia yaitu jin dari golongan gandarwa dan manusia. Dan, wanita tersebut ada dalam dunia nyata? Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Maka sebaiknya para wanita berhati-hati dalam setiap tindak tanduknya, karena keberadaan bangsa Jin ada di sekitar kita. Mereka dapat melihat manusia sementara manusia tidak dapat melihat kita.

Sehingga setiap melakukan sesuatu terutama saat membuka aurat sebaiknya baca doa terlebih dahulu memohon perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa agar dijauhkan dari godaan mahluk gaib yang ada di sekitar kita.

Jika kita sebagai wanita ceroboh dalam menjaga aurat kita sendiri meskipun tidak ada manusia lain yang melihatnya maka kisah wanita bahu laweyan mungkin saja terjadi lagi karena bangsa Jin terutama Gandarwa berada disekitar kita dan selalu mengawasi tingkah laku kita sementara kita tidak mengetahuinya.

3.    Tuhan Menciptakan Segala Sesuatu Berpasang-pasangan
Harus kita ingat : “Tidak sehelai daun yang gugur di muka bumi ini tanpa kehendak Tuhan.”

Dengan demikian kita akan memandang setiap kejadian adalah atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa termasuk dengan wanita bahu laweyan. Jodoh, rejeki dan mautnya Tuhan yang menentukan.

Meskipun masyarakat memperlakukan wanita bahu laweyan dengan cara menghindari, mengucilkan dan memojokkan dalam pergaulan masyarakat namun Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang terhadap semua mahluknya. Sehingga dengan jalan atau cara seperti apa yang harus dilalui oleh wanita bahu laweyan maka perempuan malang tersebut akan mendapatkan jodoh dan kebahagiaannya.

Ironisnya sampai saat ini ada sebagian masyarakat yang masih mempercayainya. Oleh karena itu, jika di suatu daerah kedapatan perempuan dengan ciri-ciri tersebut, maka tidak akan ada laki - laki yang mau menikahinya dan dikucilkan. Padahal, setiap manusia yang lahir ke dunia berhak mendapat perlakuan dan penghidupan yang layak.


Tidak ada komentar